TariGending Sriwijaya pertama kali dipentaskan dimuka umum pada tanggal 2 Agustus 1945, di halaman Masjid Agung Palembang. Sebagai ungkapan rasa bahagia, dalam gerakan tari Gending Sriwijaya ini tamu akan dipersembahkan tepak yang berisi kapur, sirih, pinang dan ramuan lainnya. Tari gending Sriwijaya biasanya diiringi oleh lagu Gending Dream- Pola lantai dalam tari sangat diperlukan untuk dapat menguasai berbagai jenis tarian. Pola lantai ini akan menjadi patokan bagi sang penari. Sehingga mendapatkan gerakan yang indah. Pola lantai sering digunakan dalam tari berkelompok. Yang berfungsi untuk menghindari adanya tabrakan antar penari dan mengetahui gerakan selanjutnya. PolaLantai Tari Jaipong. Tari Jaipong yang ditarikan oleh sekelompok penari perempuan di atas panggung mengikuti pola tertentu agar seluruh gerakannya teratur, dari awal hingga akhir. Pola inilah yang akan diikuti oleh semua penari untuk memunculkan gerakan tarian yang kompak. Pola ini ada kaitannya dengan penguasaan panggung sehingga tarian TariGending Sriwijaya dan juga lagu pengiring tarian ini dibuat pada tahun 1944. Tarian ini dibuat untuk mengingatkan kita para pemuda bahwa nenek moyang kita merupakan bangsa yang besar dan menghormati persaudaraan antar manusia dan tetap taqwa kepada Yang Kuasa. Tarian ini menggambarkan kegembiraan para gadis Palembang ketika menerima tamu Bacajuga: Gerakan dan Pola Lantai Tari Merak. Jenis pola lantai. DIkutip dari buku Pendidikan Seni Tari [2018] karya Taat Kurnita Yeniningsih, pola lantai dalam tari terbagi menjadi: Pola lantai garis lurus Pola lantai garis lurus biasanya dilakukan olehpenari tunggal, karena memberikan kesan kuat, kokoh, dan jelas dalam tarian. Tarianini hampir sama dengan jenis tari Gending Sriwijaya, perbedaannya hanya pada anggota penarinya. Jika tari tanggai dibawakan oleh 5 penari, sedangkan pada tari gending terdiri dari 9 orang. Properti yang Digunakan dalam Tari Tanggai. Dalam sebuah tarian membutuhkan beberapa properti yang mendukung, agar tarian tersebut terlihat lebih menarik. MaknaTari Sekapur Sirih. Di dalam kebudayaan Melayu, nama "sekapur sirih" diartikan sebagai penyambutan. Hal tersebut sangat berkaitan dengan kata "sirih" yang digunakan sebagai simbol penyambutan oleh mayoritas masyarakat Melayu. Di beberapa daerah Melayu seperti, Riau, Kepulauan Riau dan juga Jambi ada tarian sekapur sirih yang 8Y4L. Tari Gending Sriwijaya –Sebagai negara yang kaya akan keberagaman, Indonesia menyimpan beragam kebudayaan yang sangat menarik dan legendaris, salah satunya tari Gending Sriwijaya. Tarian dari Sumatera Selatan ini bertema kolosal, dengan nuansa kolosal yang sakral dan membuat penontonnya merasa takjub. Kebudayaan ini terus dilestarikan dan dipelajari berbagai kalangan, termasuk anak-anak sekolah. Asal Tari Gending Sriwijaya Gending Sriwijaya merupakan tarian khas dari provinsi Sumatera Selatan, tepatnya kota Palembang. Apabila diartikan secara harfiah, kata Gending Sriwijaya bermakna “Irama Kerajaan Sriwijaya”. Sesuai dengan nama tersebut, tarian ini memang dikenal sebagai peninggalan dari zaman Kerajaan Sriwijaya. Awalnya, tarian ini dimaksudkan untuk menyambut para tamu penting yang bertandang ke kerajaan. Tarian ini ditarikan sembilan penari yang kesemuanya perempuan. Hal ini berasal dari representasi sungai di Sumatera Selatan yang juga berjumlah sembilan. Penari yang membawakan Gending Sriwijaya dikawal dua laki-laki, yang dilengkapi payung serta tombak di tangannya. Tepak dengan isi sekapur sirih nantinya diberikan ke tamu yang dianggap paling spesial sebagai lambang penghormatan. Baca Juga Tari Giring Giring Sejarah Tari Gending Sriwijaya Kemunculan tarian ini bermula dari permintaan Jepang yang ketika itu berada id Karesidenan Palembang. Dalam perintah ini, masyarakat diminta untuk membuat lagu serta tarian dalam rangka menyambut para tamu yang datang menuju Sumatera Selatan untuk acara resmi. Permintaan tersebut diberikan dari akhir 1943 sampai 1943, sempat mengalami penundaan karena persoalan politik Jepang dan Indonesia. Sesudah penundaan tersebut, gagasan ini kembali ditindaklanjuti di Oktober 1943. Saat itu sastrawan Nungtjik diberi mandat oleh Letkol OM Shida. Nungtjik kemudian mengajak Ahmad Dahlan, seniman Palembang yang ahli memainkan biola untuk bersama membuat lagunya. Penulisan syair setelah lagunya selesai dilakukan A. Dahlan Mahibat kemudian disempurnakan kembali. Sesudah penciptaan lagu selesai, tari penyambutan mulai dibuat dengan bahan tari adat dari Palembang yang telah ada sebelumnya. Adalah Miss Tina, ahli budaya dari Palembang yang merupakan penari profesional ditugaskan mengurus properti serta busananya. Sedangkan untuk menyusun gerakan tari, Sukainah Rozak bersama RM Akib bekerjasama dalam merancangnya. Setelah itulah latihan mulai dilakukan di gedung bernama Bioskop Saga. Selanjutnya pada Mei 1945, Gending Sriwijaya pertama kali ditampilkan di hadapan Kepala Pemerintahan dari Jepang yakni Kolonel Matsubara. Tariannya dibawakan oleh beberapa nyonya pejabat, bersama dengan anggota dari kelompok Bangsawan Bintang Berlian. Barulah pada 2 Agustus tahun 1945, tarian ini resmi dibawakan untuk menyambut para pejabat Jepang di Masjid Agung Palembang. Sesudah kemerdekaan RI, Gending Sriwijaya secara resmi ditetapkan sebagai tarian penyambutan tamu pemerintahan yang mengunjungi Sumatera Selatan. Properti Tari Gending Sriwijaya Pada umumnya, setiap tarian memiliki properti yang menunjang kebutuhan penari serta mendukung penampilan secara keseluruhan. Berikut beberapa properti yang umum digunakan dalam tarian Gending Sriwijaya Aesan gede. Kostum yang dipakai penari utama. Warnanya merah sehingga lebih menarik perhatian, dengan corak khas Sumatera Selatan. Teluk belanga. Kostum yang dipakai para penari laki-laki, berupa baju panjang serta celana panjang dengan tambahan kain atau sarung songket. Aesan pak sakong. Dipakai penari pendamping perempuan, berbahan beludru seperti baju kurung. Tidak ditambahkan kemben songket, dengan desain mahkota yang lebih sederhana. Kemben yang berupa perpaduan budaya Jawa, berbentuk persegi panjang dan melilit dada sampai pinggang. Menyerupai ikat pinggang dari bahan kuningan, dilengkapi ukuran motif hewan serta tumbuhan. Dipakai penari dengan mengikatnya di pinggang lalu dikaitkan di pending. Bahannya terbuat dari kain jenis songket asal Palembang. Berfungsi menutupi dada, berbahan kain beludru bermotif manik-manik atau payet dengan warna yang beragam terutama keemasan. Hiasan untuk kepala dari kuningan, logam, atau perak. Dilengkapi ornamen berbentuk burung garuda di tengahnya, hanya dipakai penari utama. Kalung, gelang, dan tanggai. Sanggul Malang. Tatanan rambut para penari perempuan yang berupa sanggul, dilengkapi aksesoris berwarna emas dan tambahan cempako berbentuk bunga dan beringin. Sewet songket. Bawahan penari yang bermotif lepus motif penuh benang emas. Kain songket yang dikhususkan bagi penari laki-laki. Wadah dengan tutup bentuk persegi dari bahan utama kayu. Bagian luarnya dihias dengan ukiran bercorak Palembang. Di dalamnya ada kapur, gambir, sirih. Tombak dan payung. Biasa dibawa penari laki-laki ketika mengawal penari utamanya ketika membawakan sekapur sirih untuk tamu. Alat musik. Berupa gamelan lengkap, saat ini ditambah juga dengan bas, biola, hingga accordion. Baca Juga Tari Golek Menak Pola Lantai Tari Gending Sriwijaya Setiap tarian dibekali dengan pola lantai yang dapat mengarahkan penari dalam memposisikan gerakannya. Pola lantai juga mengandung makna tertentu. Untuk Gending Sriwijaya, ada dua pola lantai utama yang digunakan, yakni Pola yang berbentuk lurus ini mengarahkan penari untuk berdiri berjejer hingga terbentuk garis horizontal. Makna dari pola lantai ini adalah hubungan di antara manusia dengan sesamanya, yang sebenarnya sejajar dan saling menghargai. Pola yang digunakan ketika pelari mulai melakukan gerakannya adalah lengkung, yang membentuk huruf V. Ini merupakan pola yang melambangkan kebersamaan dan kekompakan penduduk. Baca Juga Tari Gong Gerakan Tari Gending Sriwijaya Keanekaragaman gerak dalam tarian Gending Sriwijaya memiliki filosofi yang ditampilkan kepada penonton untuk memberikan nilai-nilai kehidupan manusia dengan Tuhan, serta menceritakan kejayaan Sriwijaya. Gerakannya terbagi menjadi tiga bagian, yakni seperti berikut 1. Gerak Awal Bagian yang pertama adalah permulaan, yang berfungsi membuka pertunjukan tari. Gerakan ini dibawakan pada permulaan tari Gending Sriwijaya. Bagian ini memuat sebanyak empat gerakan, yakni seperti berikut Dilakukan melalui dua jenis gerakan yaitu sembah biasa serta sembah sambil berdiri. Jalan keset. Penari menggeser kaki kanannya ngeset menuju arah depan lalu menyerong sedikit ke arah kanan. Kaki kirinya berjinjit, tangan dalam posisi seperti gerakan sembah. Tangan disilangkan kemudian diayunkan hingga terbentuk pola seperti lingkaran. Elang terbang. Kedua tangan penari diayunkan ke atas lalu bawah sampai dua kali. 2. Gerak Pokok Memuat gerakan inti yang menjadi fokus utama dalam tari Gending Sriwijaya. Jika gerakan awal masih cukup sederhana, bagian pokok ini lebih kompleks. Terdapat beberapa gerakan yang termasuk dalam bagian ini, yaitu Elang terbang. Gerakan ini juga muncul pada bagian pokok, dimana penari menambahkan gerak tertentu yang belum ada di elang sebelumnya. Elang terbang melambangkan sikap yang kuat serta teguh pendiriannya. Tutur sabda. Tangan dalam posisi menyilang, kemudian diubah ke gerak kembar arah kanan, kemudian ukel, lalu ditarik menuju arah depan badan. Gerakan yang mengajak penonton agar menjunjung kebenaran sambil terus berbuat baik. Tabur bunga. Tangan menyilang, diikuti dengan gerak di tangan kanan seolah menaburkan bunga dengan tangan kiri di depan dada. Tangan yang tadinya menyilang diarahkan ke belakang, dilanjutkan gerak ukel, tumpang tali, kemudian menjentik dan menaikkan tangan lagi ke atas. Jari tangan membentuk sebuah lambang yakni Tri Murti. Maknanya adalah berserah kepada Tuhan. Ulur benang. Tangan menyilang, lalu berayun seolah mengulurkan benang. Siguntang mahameru. Tangan diarahkan ke samping tubuh, lalu tangan kanan di atas kepala sambil tangan kiri diletakkan di depan dada. 3. Gerak Akhir Setelah menyelesaikan gerakan pokok, penari akan mendinginkan kembali suasana dengan gerakan yang syahdu dan penuh hormat. Dalam bagian akhir dari tarian, penari akan melakukan beberapa gerakan seperti di bawah ini Tolak bala. Gerakan yang dimaksudkan sebagai penolakan akan hal-hal yang berdampak negatif terhadap hidup manusia. Tangan yang tadinya menyilang diarahkan ke posisi tangan kanan yang ngiting, diletakkan di atas telinga kanan. Tangan kiri tetap di depan dada. Sembah penutup. Tangan melakukan gerak menyilang, disertai ulur benang sambil duduk. Tangan kanan lalu melakukan kebar, ukel, kemudian ditutup dengan sembah. Keunikan Tari Gending Sriwijaya Tarian Gending Sriwijaya memiliki keunikan dari banyaknya makna yang terkandung di dalamnya, Misalnya saat penari banyak melakukan jentikan pada ibu jari serta jari tengahnya setelah gerak melepas yang sesuai ketukan. Hal ini mengandung filosofi bahwa masyarakat Palembang secara umum merupakan individu yang disiplin, kuat, dan pekerja keras. Filosofi lain yang terkandung dalam tari Gending Sriwijaya adalah ketaatan terhadap Tuhan, terlihat dari beberapa gerakan seperti sembah, sikap hormat serta toleransi untuk sesama melalui gerakan sembah berdiri. Tidak hanya melalui gerakannya, sekapur sirih yang diberikan pada penonton tertentu rupanya juga mengandung arti mendalam. Ini menggambarkan sikap yang rendah hati dan tidak akan merugikan pihak yang lain. Berikutnya pada pinang yang batangnya lurus dan tidak ada rantingnya menunjukkan loyalitas tinggi serta budi pekerti dari warga Sumatera Selatan. Gambir yang digunakan perlu diolah sehingga dapat dipakai menginang dengan sirih, hal ini melambangkan bahwa manusia perlu sabar diiringi dengan sikap pantang menyerah agar bisa meraih kesuksesannya. Berdasarkan berbagai makna yang terkandung, dapat ditarik kesimpulan bahwa tarian ini menunjukkan karakter sabar, peduli, ramah, setia, kuat, dan kerjasama. Fungsi Tari Gending Sriwijaya Gending Sriwijaya memiliki berbagai fungsi yang memberikan manfaat baik bagi pelaku maupun penontonnya. Berikut ini beberapa fungsi dari tarian Gending Sriwijaya 1. Fungsi Moral dan Edukasi Fungsi utama dari tarian ini adalah mengenalkan masyarakat akan nilai-nilai moral yang bermakna untuk kehidupannya. Pesan-pesan yang diberikan juga menggambarkan seperti apa hubungan manusia dengan sang pencipta, sembari mengulang kisah mengenai Kerajaan Sriwijaya di masa kejayaannya. 2. Fungsi Hiburan Seni tari memiliki fungsi yang lekat dengan unsur hiburan, karena memberikan penampilan gerak yang berpadu dengan iringan musik atau nyanyian. Penonton berkesempatan menyaksikan keindahan tari Gending Sriwijaya yang sarat makna dan ditampilkan dengan ekspresif. Menyaksikan pertunjukan seni dapat menjadi pelampiasan emosi yang sehat dan menghadirkan suasana positif. 3. Fungsi Sosial Interaksi sosial tergambar dalam beberapa gerakan seperti menaburkan bunga dan memberi salam sembah. Selain itu, menampilkan tarian ini di berbagai festival atau acara lainnya dapat mempertemukan orang-orang dengan kebudayaan berbeda. Dengan demikian, dapat terjadi dialog yang menambah luas wawasan bahkan mengenalkan sektor pariwisata Palembang di kancah nasional. Penutup Artikel Tari Gending Sriwijaya Itulah ulasan mengenai tari Gending Sriwijaya, peninggalan bersejarah dari zaman penjajahan yang kemudian diresmikan sebagai bagian dari kebudayaan asli. Hingga kini, representasi nenek moyang ini menandakan bangsa yang saling menghargai, kokoh, ramah, dan tulus dalam menyambut tamu. Hal ini menggambarkan esensi saling menghormati antar manusia dan wujud syukur terhadap Tuhan sang pencipta. Tari Gending Sriwijaya detikSumbagselSabtu, 10 Jun 2023 2335 WIB Mengenal Tari Gending Sriwijaya Sejarah, Pola Lantai, hingga Propertinya Tari Gending Sriwijaya merupakan tarian asal Pelambang, untuk menyambut tamu agung yang datang. Kenali ciri, hingga pola lantainya. Adahobi, Tari gending sriwijaya – tari gending sriwijaya menjadi tarian peyambutan untuk tamu-tamu istimewa yang berkunjung. Tari gending sriwijaya yang berasal dari Palembang ini memiliki makna yang cukup dalam. Kali ini kita akan sama-sama membahas tentang tari gending sriwijaya secara lebih mendalam lagi. Dimulai dari sejarah adanya tari gending sriwijaya, makna yang terkandung didalamnya dan banyak hal lainnya. Sejarah Tari Gending Sriwijaya Tari gending sriwijaya ini berasal dari Palembang tepatnya dari sebuah Kerajaan Sriwijaya yang dimana sudah ada sejah zaman dahulu kala. Sebelum adanya tari gending sriwijaya ini dahulu ada yang namanya tarian Tanggai yang memiliki sifat sakral dan suci. Dimana tarian ini ditampilkan untuk sebuah persembahan dan juga penyambutan pada masa Kerajaan Sriwijaya. Saat penjajahan Belanda di Indonesia, ada peraturan yang menetapkan bahwa perempuan dilarang menari. Tari Tanggai ini yang semula diisi oleh para penari wanita diubah menjadi tarian yang para penarinya adalah pria. Saat penjajahan Jepang di Indonesia ada peraturan baru lagi yang muncul dimana tari Tanggai ini tidak boleh ditampikan. Setelah larangan ini, Penjajah Jepang meminta kepada masyarakat Palembang untuk membuat tarian baru dengan iringan musik sebagai tarian penyambutan di Palembang. Di tahun 1943, Tina Haji Gong berserta Sukinah A. Rozak mulai meracik dan terciptalah tari gending sriwijaya ini. Kosep tari gending sriwijaya ini terbentuk dari gabungan unsur tari adat yang sudah ada sebelumnya di Palembang. Gerakan gerakan yang digunakan pada tari gending sriwijaya ini menggunakan unsur gerakan Buddhisme dan gerakan tapa Budda. Dimana pada saat itu Kerajaan Sriwijaya masih mempercarai agama Budda. Selain itu ada juga unsur dari adat Batanghari Sembilan yang diambil dari Sembilan sungai di Sumatera Selatan. Batanghari sembilan ini ditampilkan dengan jumlah para penari yang juga sembilan. Iringan musik tradisional tari gending sriwijaya ini diracik oleh A. Dahlan Muhibat dan Nungcik AR sebagai pencipanya syair lagu tari gending sriwijaya. Lagu dan tari gending sriwijaya ini selesai pada tahun 1994. Dan pertama kali ditampilkan pada acara penyambutan kedatangan para pejabat pemerintah di halaman Masjid Agung Palembang pada tanggal 2 agustus tahun 1945. Filosofi dan Makna Tari Gending Sriwijaya Tari gending sriwijaya memiliki fungsi sebagai tari penyambutan para tamu sekaligus sebagai tari kesenian. Adapun makna tari gending sriwijaya terdapat pada setiap gerakan tariannya dan juga terdapat filosofi yang bisa kita bahas. Berikut adalah beberapa hal yang perlu kita bahas. 1. Gerakan Sembah Berdiri Salah satu gerakan yang paling mencolok adalah gerakan sembah berdiri. Para penari melakukan gerakan ini memilki makna bahwasannya masyarakat Sumatera Selatan khususnya daerah Palembang memilki rasa ketaatan yang besar keapda Tuhan. Selain itu makna lainnya adalah sikap toleransi yang bisa disimbolkan oleh gerakan sembah berdiri. Itulah makna pertama dari tari gending sriwijaya. 2. Jentikan Ibu Jari dan Jari Tengah Gerakan tari gending sriwijaya selanjutnya adalah gerakan dengan ibu jari dan jari tengah. Dimana gerakan ini disebut dengan gerakan jentikan ibu jari dan jari tengah yang dilakukan seirama dengan musik tradisional yang mendampingi. Makna dari gerakan tari gending sriwijaya jentikan ibu jari dan jari tengah adalah sebagai perlambangan kedisplinan dan kerja kerjas masyarakat Palembang Sumatera Selatan. Tantu hal ini menjadi gerakan positif dalam tari gending sriwijaya. 3. Makna Sekapur Sirih Daun sirih termasuk kedalam properti yang nantinya akan digunakan dalam tari gending sriwijaya dimana bermakna akan kerendahan hati. Hal ini bisa kita lihat dengan bagaimana tanaman sekapur sirih ini berkembang. Dimana pertumbuhannya tidak merusak lingkungannya, makna lain dari sekapur sirih adalah dari batangnya yang dimana melambangkan tetang loyalitas dan budi pekerti yang bisa dilihat dari penggunaan batang pinang yang lurus. Sedangkan kesabaran dan sikap pantang menyerah demi mencapai kesuksesan digambarkan oleh komponen gambir, yang sebelumnya diproses dahulu sebelum kemudian digunakan menginang bersama sirih. Secara kompleks tari gending sriwijaya ini memiliki makna bahwa sifat masyarakat Palembang Sumatera Selatan memiliki jiwa tawakal, peduli, rendah hati, saling bekerja sama, mandiri, rukun dan kuat gotong royong. Gerakan Pola Lantai Tari Gending Sriwijaya Gerakan pola lantai tari gending sriwijaya menggunakan kombinasi pada pola lantai lurus dan berkembang menjadi pola lantai garis seperti V. Pada awal masuk untuk pertunjukan para penari membentuk formasi garis lurus. Gerakan selanjutnya adalah bergerak dengan pola lantai untuk membentuk pola huruf V. Penari gending sriwijaya utamanya berada pada posisi paling depan. Terdapat interaksi dengan penonton saat menghaturkan tepak dan peridon yang disatukan pada gerakan tari gending sriwijaya. Biasanya dalam pagelaran tari tersebut akan ada musik yang mengiringi tari gending sriwijaya yaitu perpaduan alat musik gamelan dan suara vokal yang akan menggambarkan kegembiraan serta ungkapan rasa syukur atas kesejahteraan yang diberikan. gambar Pada umumnya penari tari gending sriwijaya menggunakan kostum Asean Gede. Tapi juga bisa menyesuaikan pentampilan pakaiannya tergantung dimana tari gending sriwijaya akan ditampilkan. Perlengkapan pada busana tari gending sriwijaya terdapat, selendang mantri yang dilingkarkan pada pinggang dan juga gelang paksangkong yang berbahan baku emas atau kuningan. Lalu properti tari yang digunakan sebagai berikut. Tari gending sriwijaya menggunakan properti seperti tepak berisikan kapur, sirih dan pinang. Lalu ada juga peridon kuningan. Payung kebesaran yang digunakan untuk memayungi penari utama waktu menghantarkan tepak yang diberikan kepada tamu yang disambut. Ada juga tombak yang digunakan untuk mengawal penari selama mereka menampilkan seni tari gending sriwijaya sebagai penjagaan. Keunikan Tari Gending Sriwijaya gambar Salah satu yang akan kita bahas disini adalah mengenai keunikan tari gending sriwijaya. Tentunya setiap tarian tradisional di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, seperti tari kipas misalnya. Pada tari gending sriwijaya keunikan yang terletak pada jentikan tangan menggunakan ibu jari dan jari tengah. Adapun ciri utama dari tari gending sriwijaya ini sebenarnya terletak pada lagu pengiring berupa lagu gending sriwijaya khas Palembang Sumatera Selatanyang diciptakan oleh Nungcik AR. Kekompakan tim dengan pola lantai yang jumlah penari terdiri dari 9 orang wanita juga memiliki keunikan tersendiri. Itulah beberapa hal yang kita bahas tentang tari gending sriwijaya semoga bisa menjadi tambahan ilmu pengetahun kita tentang tari tradisional di Indonesia ya. Jangan malu dan ragu juga untuk kamu mengikuti tes tari gending sriwijaya. Karena hal ini menjadi hal positif dan kebudayaan yang tidak boleh hilang oleh budaya yang banyak masuk ke Indonesia saat ini. Tetap mempertahankan budaya seni tradisional atau bahkan membuatnya dikenal di dunia dan menjadikan Indonesia lebih dikenal di luar sana. Mahasiswa/Alumni Universitas Sebelas Maret14 Februari 2022 0524Halo Arya. Kakak bantu jawab ya. Jawaban untuk soal di atas adalah pola lantai garis lurus dan pola lantai garis V. Berikut pembahasannya. Tari Gending Sriwijaya berasal dari Palembang, Sumatera Selatan. Tarian ini mempunyai ciri khas pada kemegahan kostum yang didominasi warna merah dan ornamen emas. Tari Gending Sriwijaya menggunakan pola lantai garis lurus dan pola lantai garis V. Ketika penari masuk akan menggunakan pola lantai garis lurus. Kemudian, jika sudah bergerak, pola lantai berubah menjadi seperti huruf V dengan penari utama berada di susunan paling depan. Jadi, Tari Gending Sriwijaya menggunakan pola lantai garis lurus dan pola lantai garis V. Semoga membantu. Daftar isiMakna Tari Gending SriwijayaSejarah Tari Gending SriwijayaFungsi Tari Gending SriwijayaGerakan Tari Gending SriwijayaPola Lantai Tari Gending SriwijayaProperti Tari Gending SriwijayaMusik Iringan Tari Gending SriwijayaBusana dan Tata Rias Tari Gending SriwijayaKeunikan Tari Gending SriwijayaSejarah yang amat panjang telah menjadikan Palembang sebagai kota tertua di Indonesia. sejarah kebudayaannya pun tua sehingga terdapat banyak sekali kesenian-kesenian yang dimilikinya. Salah satunya adalah Tari Gending Sriwijaya yang lahir setelah Tari Gending Sriwijaya adalah tari tradisional dari Provinsi Sumatera Selatan. Tarian ini merupakan tari yang biasanya dipertunjukkan ketika acara penyambutan tamu. akan tetapi, hingga saat ini tari ini lebih banyak ditampilkan di berbagai acara seperti pernikahan, perhelatan budaya maupun acara gerakan yang ditampilkan pada Tari Gending Sriwijaya ini mempunyai makna tersendiri. Adapun beberapa makna dari gerakan Tari Gending Sriwijaya sebagai berikutGerakan sembah berdiri, bermakna bahwa masyarakat Sumatera Selatan terutama Palembang memiliki rasa ketaatan yang besar kepada Tuhan. Selain itu, gerakan ini juga bermakna sebagai sikap toleransi dengan disimbolkan oleh sembah jentikan ibu jari dan jari tengah, bermakna sebagai simbol kedisiplinan dan kerja keras yang dilakukan masyarakat sirih, bermakna sebagai simbol rendah hati masyarakat Palembang. Seiring dengan perkembangannya, terlihat dari batangnya yang menyimbolkan sikap loyalitas dan budi pekerti. Selain itu, kesabaran dan pantang menyerah untuk mencapai kesuksesan digambarkan melalui komponen kompleks, dapat disimpulkan bahwa Tari Gending Sriwijaya ini bermakna masyaakat Palembang yang mempunyai jiwa tawakkal, peduli, rendah hati, saling bekerjasama, mandiri, rukut serta saling bergotong Tari Gending Sriwijaya Berdasarkan informasi dari awal kemunculan dari Tari Gending Sriwijaya ini bermula dari permintaan pemerintahan Jepang yang berada di Karesidenan Palembang kepada Hodowan atau Jawatan Penerangan Jepang untuk menciptakan sebuah lagu dan tari yang dikhususkan untuk menyambut para tamu yang datang ke Sumatera akhir 1942, akhirnya permintaan tersebut mulai digagas namun sempat tertunda beberapa waktu akibat muncul berbagai persoalan politik baik itu di Jepang ataupun di Indonesia. Kemudian pada oktober 1943, gagasan tersebut ditindaklanjuti kembali. ketika itu, Letkol Shida memerintahkan kepada Nuntjik yang merupakan seorang wakil Hodohan di mana dikenal juga sebagai seorang sastrawan dan itu, mereka mengajak Achmad Dahlan Mahibat yakni komponis putra asal Palembang yang terampil dalam bermain biola dari kelompok seni Bangsawan Bintang Berlian. Setelah penggarapan lagu selesai, kemudian dilanjutkan dengan penulisan syair lagu Gending Sriwijaya oleh Ahmad Dahlan Mahibat dan disempurnakan oleh Nungtjik dan syair selesai diciptakan, kemudian tari untuk penyambutan tamu harus segera dibuat. Ketika itu ada seorang penari profesional yang dianggap ahli dalam bidang adat budaya Palembang yang bernama Miss Tina haji Gung bertugas mengurusi properti dan busana yang akan digunakan dalam pertunjukan Tari Gending Sriwijaya. Setelah itu, pada Mei 1945 Tari Gending Sriwijaya ini mulai dipentaskan di hadapan Kolonial Batsubara, Pemerintah Umum Kamis, 2 Agustus 1945, akhirnya Tari Gending Sriwijaya ini diresmikan untuk dipentaskan dalam menyambut pejabat-pejabat Jepang dari Bukit Tinggi yang bernama Moh. Syafei dan Djamaludin Adi Nugroho. Tempat penampilan perdananya berada di halaman Masjid Agung Tari Gending Sriwijaya Adapun fungsi dari Tari Gending Sriwijaya sebagai berikutSebagai tari-tarian untuk menyambut para tamu agung atau sebuah kesenian seperti festival upacara adat seperti acara pernikahan, perhelatan budaya dan hiburan bagi para tamu yang Tari Gending Sriwijaya Dalam Tari Gending Sriwijaya terdapat tiga macam gerak yang akan ditampilkan. Adapun tahapannya yaituGerakan awalSembah, penari bergerak dengan tangan menangkup, kedua kaki berjinjit dan posisi badan merendah dan dagu keset, penari menggeser kaki kanan ke penari menyilangkan tangannya dan diayunkan sampai membentuk terbang, posisi kedua tangan yang membentang diayunkan ke atas dan ke bawah sebanyak dua intiTutur sabda, penari menyilangkan tangannya dan diarahkan ke kanan kemudian ditarik ke bunga, tangan kiri berada di depan dada sementara tangan kanan bergerak seperti menaburkan tangan dikebarkan ke belakang diikuti dengan ukel ke depan kemudian posisi saling tumpeng jari-jari penari akan membentuk lambang Tri mahameru, tangan diarahkan ke samping badan kemudian digerakkan ke atas kepala dengan tangan kiri berada di depan benang, tangan menyilang dan diayunkan seperti mengulur penutupTolak bala, gerakan penolakan tangan kanan ngiting di atas telinga kanan sedangkan tangan kiri di depan penutup, tangan menyilang dan melakukan gerakan ulur benang. Kemudian tangan kanan bergerak kebar, ukel dan diikuti oleh gerakan Lantai Tari Gending Sriwijaya Pada Tari Gending Sriwijaya pola lantai yang digunakan adalah kombinasi antara pola lantai lurus yang kemudian berkembang menjadi pola lantai garis V. Ketika penari masuk untuk pertunjukan akan membentuk sebuah formasi garis lurus. Selanjutnya para penari bergerak membentuk pola lantai huruf Tari Gending Sriwijaya Tari Gending Sriwijaya memiliki properti yang terbilang cukup sederhana. Adapaun properti yang digunakan dalam tarian ini yaituTepak yang berisi kapur, sirih dan kebesaran yang berfungsi untuk memayungi penari utama ketika ingin menghantarkan tepat yang diberikan kepada para tamu yang sudah yang berfungsi untuk mengawal para penari selama mereka menampilkan seni Tari Gending Sriwijaya sebagai Iringan Tari Gending Sriwijaya Musik yang mengiringi Tari Gending Sriwijaya merupakan musik yang keluar dari hasil perpaduan antara alat musik gamelan. Musik gending itu dilengkapi dengan vokal di mana pada umumnya menggambarkan sebuah kegembiraan dan ucapan syukur atas kesejahteraan. Meskipun demikian, akhir-akhir ini Tari Gending Sriwijaya tidak lagi memakai alat musik secara langsung melainkan menggunakan tape recorder/rekaman dari musik yang telah musik, diiringi pula dengan lagu Gending Sriwijaya. Lagu ini bermakna tentang kerinduan seseorang pada zaman Kerajaan Sriwijaya yang dahulunya pernah menjadi pusat pemerintahan agama Buddha di dan Tata Rias Tari Gending SriwijayaSecara umum, busana yang dikenakan oleh penari Tari Gending Sriwijaya adalah busana Aesan Gede. Namun hal itu dapat disesuaikan dengan tari yang akan ditampilkan. Perlengkapan yang ada pada busana Tari Gending Sriwijaya berupa selendang mantra yang dilingkarkan pada pinggang dan gelang paksangkok yang terbuat dari bahan baku emas atau Tari Gending Sriwijaya Setiap tari tradisional di Indonesia tentunya mempunyai keunikannya tersendiri. Begitupun dengan Tari Gending Sriwijaya. Adapun keunikan pada Tari Gending Sriwijaya yaituTerdapat jentikan tangan menggunakan ibu jari dan jari utama yang terletak pada lagu pengiring di mana merupakan lagu “Gending Sriwijaya” khas Palembang, Sumatera Selatan, yang merupakan ciptaan dari A. Dahlan dan Nungtjik tim yang kompak dengan pola lantai dan jumlah penari sebanyak 9 Gending Sriwijaya adalah salah satu dari banyaknya kesenian yang ada di Palembang. Tarian ini memang sangat erat dengan Kerajaan Sriwijaya yang kala itu menjadikan Palembang sebagai pusat kerajaannya. Oleh karena itu, tidak heran jika Tari Gending Sriwijaya saat itu memang sangat disakralkan dan hanya ditampilkan untuk penyambutan tamu agung saja.

gambar pola lantai tari gending sriwijaya